Di hari Minggu, 28 November 2010, yang mendung itu mereka
mendapat sosialisasi penggunaan kompor berbahan baku energi yang terbarukan yakni, kayu,
ranting dan janggel serta sampah-sampah yang ada disekitar rumah. Kompor yang
diberi nama Kompos Biomass UB-03 itu adalah hasil inovasi dari seorang peneliti
sekaligus dosen di Universitas Brawijaya Malang, Nur Huda. “ Kompor ini
memiliki kelebihan tidak meledak seperti elpiji, dan panasnya hampir sama dengan
kompor elpiji yang 3 kg. Kompor ini tidak menimbulkan asap seperti kompor
minyak tanah atau tungku (pawon). Dan yang jauh lebih penting adalah bahan
bakunya tidak usah membeli kalau kita hidup di pedesaan seperti Desa Pucung
ini,” tandas Nur Huda yang pernah sekolah di Jerman.
Selain, Nurhuda dari Malang, pertemuan di rumah ketua
Koperasi Perempuan Pucung Maju tersebut juga didatangi oleh Giovano Kundono dari
INOTEK Jakarta dan Iwan dari INOTEK yang siang itu langsung dari Surabaya.
Dalam dialog dengan warga, Gino sapaan akrabnya menyampaikan kalau kompor ini
praktis dan tidak bisa meledak seperti elpiji. Selain itu, datang juga 3
perwakilan dari PUNDEN, sebuah organisasi sosial di Indonesia. Menurut perwakilan dari
PUNDEN, program kompor energi terbarukan ini juga didukung oleh KOPERNIK,
sebuah lembaga yang peduli terhadap masyarkat miskin diberbagai dunia. Namun,
sayangnya perwakilan dari KOPERNIk tidak hadir.
Memperkuat Koperasi sebagai
Lembaga Keuangan Dusun
Menurut Edy Musyadad dari PUNDEN, kompor-kompor tersebut akan
dibagikan kepada warga Desa Pucung yang tersebar di berbagai desa melalui
koperasi yang sudah ada di masing-masing dusun dan jika belum ada koperasi
warganya harus mendirikan koperasi terlebih dahulu. “Tadi malam, saya
memfasilitasi pendirian satu lagi koperasi di Dusun Bungkel yang aturan
pokoknya hampir sama dengan koperasi Amanah Krajan IV. Simponya Rp.20.000 ,
Simwanya Rp. 1000 per pertemuan dua minggu sekali. Koperasinya diberinama
Koperasi Bungkel Lestari,“ kata Edy Musyadad. Menurutnya, warga yang
mendapatkan kompor harus menjadi anggota koperasi di dusunnya masing-masing.
Hal ini dimaksudkan, perempuan di dusun memiliki organisasi keuangan yang kuat
sebagai lembaga yang bisa menjadi memenuhi kebutuhan permodalan warga dusun.
Dengan adanya penggunaan kompor berbasis energi terbaharukan
ini, masyarakat Desa Pucung tidak lagi tergantung dari sumber energi elpiji dan
minyak. Dan bagi warga yang masih menggunakan tungku, mereka bisa lebih efisien
dalam waktu dan kebutuhan kayu serta ruang dapurnya tidak kotor seperti saat
menggunakan tungku. Migrasi ke kompor Biomass UB-03 ini dapat mengurangi beban
ganda perempuan desa yang selama ini harus mengurus kebutuhan dapur dari
mencari kayu hingga memasak.
Setelah ujicoba dan sosialisasi penggunaan kompor ini yang
dipandu langsung oleh sang penemu, acara dilanjutkan dengan prosesi pembagian
kompor. Acara yang dimulai dari jam 1 siang, dan berakhir pada jam 4 sore.
Disela-sela acara tersebut, Gino dari INOTEK sempat mewawancarai beberapa warga
tentang kondisi pedesaan dan program kompor yang berbahan baku kayu. Mereka antusias dengan tanya-jawab
tersebut karena selama ini tidak pernah didatangi tamu dari jauh. Mereka
berharap, Desa Pucung semakin maju dan bisa mandiri kelak dikemudian hari. Sore
itu akhirnya ditutup dengan guyuran hujan, seiring langkah kali perempuan desa
yang kembali kerumahnya masing-masing.
No comments:
Post a Comment