Pucung Maju

Pucung Maju adalah nama sebuah koperasi dan sekaligus kelompok wanita tani di Desa Pucung Kec.Bancak Kab.Semarang Jateng. Letaknya lebih dekat dengan kota Salatiga, sekitar 15 km ke arah timur laut.

KONTAK PERSON:

Darojah-081318490336

Sunday, November 28, 2010

Desa Pucung: Satu Langkah Menuju Desa Mandiri Energi Lewat Koperasi

Siang itu, perempuan-perempuan berdatangan sambil tertawa-tawa riang. Ada yang membawa anak kecil, ada juga yang sudah nenek-nenek dengan jarik luriknya duduk lesehan beralas tikar. Mereka berkumpul lebih dari 80 orang yang datang dari tiga koperasi yang berbeda. Ada anggota Koperasi Perempuan Pucung Maju, ada juga yang menjadi anggota Koperasi Perempuan Amanah, juga koperasi yang baru terbentuk, Koperasi Perempuan Bungkel Lestari. Mereka datang untuk sebuah tekat, menjadikan dusunnya mandiri.
Di hari Minggu, 28 November 2010, yang mendung itu mereka mendapat sosialisasi penggunaan kompor berbahan baku energi yang terbarukan yakni, kayu, ranting dan janggel serta sampah-sampah yang ada disekitar rumah. Kompor yang diberi nama Kompos Biomass UB-03 itu adalah hasil inovasi dari seorang peneliti sekaligus dosen di Universitas Brawijaya Malang, Nur Huda. “ Kompor ini memiliki kelebihan tidak meledak seperti elpiji, dan panasnya hampir sama dengan kompor elpiji yang 3 kg. Kompor ini tidak menimbulkan asap seperti kompor minyak tanah atau tungku (pawon). Dan yang jauh lebih penting adalah bahan bakunya tidak usah membeli kalau kita hidup di pedesaan seperti Desa Pucung ini,” tandas Nur Huda yang pernah sekolah di Jerman.

Selain, Nurhuda dari Malang, pertemuan di rumah ketua Koperasi Perempuan Pucung Maju tersebut juga didatangi oleh Giovano Kundono dari INOTEK Jakarta dan Iwan dari INOTEK yang siang itu langsung dari Surabaya. Dalam dialog dengan warga, Gino sapaan akrabnya menyampaikan kalau kompor ini praktis dan tidak bisa meledak seperti elpiji. Selain itu, datang juga 3 perwakilan dari PUNDEN, sebuah organisasi sosial di Indonesia. Menurut perwakilan dari PUNDEN, program kompor energi terbarukan ini juga didukung oleh KOPERNIK, sebuah lembaga yang peduli terhadap masyarkat miskin diberbagai dunia. Namun, sayangnya perwakilan dari KOPERNIk tidak hadir.

Memperkuat Koperasi sebagai Lembaga Keuangan Dusun
Menurut Edy Musyadad dari PUNDEN, kompor-kompor tersebut akan dibagikan kepada warga Desa Pucung yang tersebar di berbagai desa melalui koperasi yang sudah ada di masing-masing dusun dan jika belum ada koperasi warganya harus mendirikan koperasi terlebih dahulu. “Tadi malam, saya memfasilitasi pendirian satu lagi koperasi di Dusun Bungkel yang aturan pokoknya hampir sama dengan koperasi Amanah Krajan IV. Simponya Rp.20.000 , Simwanya Rp. 1000 per pertemuan dua minggu sekali. Koperasinya diberinama Koperasi Bungkel Lestari,“ kata Edy Musyadad. Menurutnya, warga yang mendapatkan kompor harus menjadi anggota koperasi di dusunnya masing-masing. Hal ini dimaksudkan, perempuan di dusun memiliki organisasi keuangan yang kuat sebagai lembaga yang bisa menjadi memenuhi kebutuhan permodalan warga dusun.

Dengan adanya penggunaan kompor berbasis energi terbaharukan ini, masyarakat Desa Pucung tidak lagi tergantung dari sumber energi elpiji dan minyak. Dan bagi warga yang masih menggunakan tungku, mereka bisa lebih efisien dalam waktu dan kebutuhan kayu serta ruang dapurnya tidak kotor seperti saat menggunakan tungku. Migrasi ke kompor Biomass UB-03 ini dapat mengurangi beban ganda perempuan desa yang selama ini harus mengurus kebutuhan dapur dari mencari kayu hingga memasak.

Setelah ujicoba dan sosialisasi penggunaan kompor ini yang dipandu langsung oleh sang penemu, acara dilanjutkan dengan prosesi pembagian kompor. Acara yang dimulai dari jam 1 siang, dan berakhir pada jam 4 sore. Disela-sela acara tersebut, Gino dari INOTEK sempat mewawancarai beberapa warga tentang kondisi pedesaan dan program kompor yang berbahan baku kayu. Mereka antusias dengan tanya-jawab tersebut karena selama ini tidak pernah didatangi tamu dari jauh. Mereka berharap, Desa Pucung semakin maju dan bisa mandiri kelak dikemudian hari. Sore itu akhirnya ditutup dengan guyuran hujan, seiring langkah kali perempuan desa yang kembali kerumahnya masing-masing.

No comments: